Admin Admin
Jumlah posting : 96 Join date : 25.04.11
| Subyek: budidaya lele di Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, Tembalang, Genuk, dan Banyumanik. Thu Nov 17, 2011 9:13 am | |
| INILAH.COM, Semarang - Budidaya lele di wilayah Kota Semarang masih memiliki prospek cukup tinggi untuk dikembangkan.
Dari 16 kecamatan yang ada, terdapat 6 Kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan budidaya lele di masing-masing wilayahnya. Keenam kecamatan tersebut yakni Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, Tembalang, Genuk, dan Banyumanik.
Hal itu disampaikan Walikota Soemarmo HS usai melakukan panen raya di Kelurahan Plalangan, Kecamatan Gunungpati, hari ini. Meski begitu, menurutnya, saat ini terdapat dua daerah yang terus dikembangkan budidaya lele yakni Kecamatan Gunungpati dan Mijen.
“Ini merupakan program kewirausahaan yang terus ditingkatkan, pelaku usaha memang bukan warga miskin namun dari sini akan menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan taraf ekonomi warga miskin di sekitarnya,” jelasnya.
Secara simbolik, Soemarmo bersama istri Hermin Soemarmo melakukan panen di depan seluruh anggota kelompok program penerima bantuan pengembangan usaha mina pedesaan perikanan budidaya (PUMP PB 2011).
Pada panen raya tersebut juga disediakan sejumlah makanan yang dibuat dari olahan lele, seperti keripik lele, bakso lele, abon lele dan berbagai jenis olahan lainnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang Ida Purnomowati mengatakan, budidaya lele ini memang masih memiliki potensi yang sangat besar.
Sebab selama ini kebutuhan lele di Kota Semarang setiap harinya mencapai 7 ton, baik untuk rumah makan ataupun konsumsi rumah tangga dan dipenuhi dengan memasok dari sejumlah daerah lain seperti Boyolali, Kendal, Demak, dan Ungaran.
“Di Semarang sendiri ada 33 kelompok petani air tawar dan di antaranya mayoritas budidaya lele (21 kelompok) dan sisanya 12 kelompok budidaya lainnya seperti budidaya air payau, namun untuk jumlahnya berapa setiap hari memang belum bisa diketahui karena masih terus dilakukan pendataan,” ujarnya.
Ida menjelaskan, sebenarnya budidaya lele mudah dilakukan karena masa panen lele hanya membutuhkan waktu 2,5 bulan. Lele juga memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan dan pangsa pasar lele sudah banyak karena sudah dikenal masyarakat.
"Budidaya lele dapat dilakukan di lahan sempit di halaman, yang penting mau fokus untuk menanganinya," katanya.
Apalagi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) memberikan bantuan sarana produksi seperti terpal, pakan lele dan benih selama satu kali panen. Tidak hanya dari DKP Kota Semarang, lanjut Ida, bantuan untuk petani juga diperoleh dari dana Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Kementerian Kelautan seperti di daerah Plalangan, Gunungpati.
Pada panen tersebut terdapat tiga kolam dengan ukuran sekitar 6x8 meter dengan perkiraan satu kolam bisa menghasilkan delapan kuintal. Sedangkan untuk harga saat ini berkisar dari Rp 9.500 hingga Rp 10.000 perkilogram dengan besaran lele yang paling banyak diminati satu kilo berisi 10 ekor.
Sementara itu, Ketua Unit Pelayanan Pengembangan Budidaya Lele, Rudi Wibowo, mengatakan, budidaya lele memiliki potensi yang sangat bagus dan menjanjikan dengan faktor keberhasilan 90%.
“Satu kali panen sekitar 2,5 bulan dengan laba bersih mencapai 25-30% dari modal yang dikeluarkan dan dalam satu tahun bisa tiga hingga empat kali panen,” katanya.
Ia mengatakan, di Kota Semarang setidaknya terdapat 8 kelompok usaha budidaya lele yang ada di sejumlah wilayah. Salah satu kendala yakni anjloknya harga lele, meski masih bisa diatasi.
“Budidaya lele ini menjadikan lahan tidur menjadi bermanfaat, dan sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat,” tambahnya. [mor] Sumber:http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1797331/walikota-semarang-panen-raya-lele | |
|