Kuburan PSK Tewas di ‘Sunan Kuning’ Semarang Diduga AIDS Minta Dibongkar
HL | 22 September 2011 | 09:49786 20 1 dari 2 Kompasianer menilai menarik
Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
“Penghuni SK Tewas Diduga AIDS. LSM Minta Kuburnya Dibongkar.” Ini judul berita di Harian “Meteor Jogja” (121/9-2011).
Judul berita ini saja sudah menggambarkan pemahaman yang tidak akurat pada LSM dan wartawan yang menulis berita ini.
Pertama, kondisi AIDS tidak bias diduga-duga. Seseorang tertular HIV diketahui berdasarkan tes HIV. Pertanyaannya: Apakah PSK yang tewas itu sudah menjalani tes HIV?
Kedua, kalau pun PSK itu mati karena penyakit terkait AIDS tidak ada gunanya membongkar kuburannya karena kematian karena AIDS bukan perbuatan kriminalitas.
Kalau saja aktivis di Forum Gabungan LSM (LSM Garda P3ER, LSM Cakra Baskara, LSM Pagoda dan Serikat Buruh Muslim Indonesia Kota Semarang) memakai akal sehat tentulah yang dipersoalkan bukan PSK yang sudah tewas, dalam berita disebut bernama Sherly, 22 tahun, tapi laki-laki yang menularkan HIV kepada Sherly dan laki-laki yang tertular HIV dari Sherly.
Laki-laki yang menularkan HIV kepada Sherly dan yang tertular HIV dari Sherly dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, lajang, remaja, atau duda. Nah, dalam epidemiologi HIV mereka itulah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.
Maka, yang perlu dilakukan oleh Forum Gabungan LSM ‘yang mulia’ itu adalah meningkatkan penyuluhan agar laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual dengan Sherly menjalani tes HIV secara sukarela di klinik-klinik VCT.
Celakanya, ya tentu saja karena pemahaman yang cetek pada aktivis Forum Gabungan LSM itu, aktivis di forum itu mengumbar mitos (anggapan yang salah). Lihat saja pernyataan Wahyudi Raharjo, SH, ini: “Kita akan mengirim surat ke Walikota Semarang untuk segera menutup Resos Argorejo Sunan Kuning (SK-pen.), karena sudah terbukti SK menjadi sarang penyebaran AIDS.”
Pernyataan Wahyudi ini menggambarkan pemahaman yang sangat dangkal terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis, karena:
(a). AIDS bukan penyakit sehingga tidak bisa menyebar.
(b). AIDS bukan virus sehingga tidak bisa menyebar.
(c). Jika Sherly mengidap HIV/AIDS, maka yang menularkan HIV kepada Sherly justru laki-laki ‘hidung belang’ penduduk lokal. Maka, yang menjadikan SK sebagai ’sarang AIDS’ bukan Sherly atau PSK, tapi laki-laki ‘hidung belang’ penduduk Kota Semarang atau pendatang.
Seandainya SK ditutup, maka itu bukan berarti penyebaran HIV di Kota Semarang otomatis terhenti. Soalnya, laki-laki yang menularkan HIV kepada Sherly dan yang tertular HIV dari Sherly tidak terdeteksi sehingga mereka terus menyebarkan HIV tanpa mereka sadari. Selain itu biar pun SK ditutup maka tidak ada jaminan di Kota Semarang tidak aka nada (praktek) pelacuran.
Di bagian lain disebutkan: “Kasus tewasnya Sherly tersebut dari hasil investigasi diindaksi kuat karena mengidap AIDS. Kalau hal tersebut dibiarkan penyebaran AIDS di Kota Semarang akan merajalela.”
Lagi-lagi pernyataan di atas menunjukkan pemahaman yang tidak akurat terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis.
AIDS tidak menjadi penyebab kematian pada odha (orang dengan HIV/AIDS) sehingga pernyataan tsb. ngawur bin ngaco.
Pernyataan itu kian ngawur karena kematian Sherly tidak ada kaitannya dengan penyebaran HIV. Justru yang menjadi persoalan besar adalah laki-laki yang menularkan HIV kepada Sherly dan laki-laki yang tertular HIV dari Sherly.
Maka, akan lebih arif dan bermanfaat kalau aktivis forum tsb. melakukan ‘investigasi’ untuk mengetahui siapa yang pernah ‘main’ dengan Sherly karena mereka itulah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di Kota Semarang.
Forum itu pun mengancam akan melakukan sweeping jika permintaan mereka tidak digubris walikota. Ini menunjukkan pemahaman hukum yang lemah di kalangan aktivis itu. Forum itu sudah memakai ‘hukum rimba’ jika melakukan sweeping.
Kalau saja aktivis forum itu memakai moral, maka yang perlu dilakukan adalah mengajak ummat agar tidak ‘main’ ke SK. Ini jauh lebih beradab daripada mengancam dan melakukan tindakan anarkis yang justru menodai agama. ***[Syaiful W. Harahap]***
Sumber
http://regional.kompasiana.com/2011/09/22/kuburan-psk-tewas-di-%E2%80%98sunan-kuning%E2%80%99-semarang-diduga-aids-minta-dibongkar/