Esek-esek Kelas Atas di kota Semarang, wanita cewek cantik

SEMULA tak banyak keterangan yang bisa didapatkan dari Agnes atau Laura. Dua wanita cantik ini hanya menjawab seperlunya jika ditanya. Hanya senyum simpul dan sesekali menjawab ”Ya” atau ”He-eh”.
Strategi saya ubah. Lebih membicarakan di luar aktivitasnya. Sebagai pancingan saya mengalihkan ke persoalan heboh Ariel Peterpan dan Luna Maya. Berhasil.

Perbincangan pun mulai mengalir. Sesekali lengan saya dicubit manja saat bertanya seronok. Rupanya, Agnes tipikal wanita yang doyan bicara meski diawal-awal pelit informasi. Maklum kami baru kali pertama ini bertemu. Namun begitu kian akrab, wanita yang sepintas mirip pesinetron Sandra Dewi ini mulai blak-blakan.

Umurnya 25 tahun, asal Kudus dan mengaku mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Semarang.
”Sudah dua tahun lebih saya jadi gadis panggilan. Tapi tidak setiap hari menerima tawaran. Pilih-pilih,” kata Agnes yang tinggal di rumah kos di daerah Semarang Selatan.
Gadis yang sesekali menjadi sales promotion girls ini mulai membeberkan awal mula terjun ke prostitusi terselubung ini.

Sakit hatian pada mantan pacar menjadi alasan utama. Selebihnya dia ingin mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat.

Wanita yang tubuhnya sangat terawat ini butuh uang lebih untuk membayar kos, kuliah, dan memenuhi kebutuhan hidup selama di Semarang.

Untuk menjaga kerahasiaan, Agnes selektif memilih pelanggan. Obyekan dari sang induk semang tak langsung diterima. Biasanya dia tanya dulu untuk memastikannya. Jika sang induk semang berani memberi jaminan, barulah dia berangkat.

Sekali Main

Induk semanglah yang menentukan tarif, Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Jika Rp 1 juta, dia mendapat Rp 750 ribu, sisanya untuk induk semang. Jika Rp 1,5 juta atau Rp 2 juta, sang induk semang mendapat Rp 500 ribu. Besarnya tarif disesuaikan dengan kecantikan dan pelayanan yang diberikan.

Tarif itu untuk sekali main. Kalau pelanggan minta tambah, berarti harus mengeluarkan kocek dua kali lipat. Uang bayaran diberikan usai main. Jadi tidak ditentukan lamanya waktu di kamar. Biasanya dia langsung mengabari induk semang begitu ”tugas” selesai.

Sebagaimana Laura, Agnes juga mengaku sudah pernah tidur di kamar hotel berbintang yang ada di Kota Semarang. Pelanggannya kalangan menengah atas. Ada karyawan swasta, eksekutif muda, hingga pejabat. Usianya beragam. Sementara dari kamar sebelah, Laura mengaku datang ke Semarang jika mendapat orderan dari agennya.
Gadis yang wajahnya mirip Astrid pelantun ”Jadikan Aku yang Kedua” ini mengaku bekerja sebagai customer service sebuah provider di Jakarta.

”Saya kerja ginian, Jumat sampai Minggu atau pas hari libur saja. Kalau di Jakarta sepi orderan, saya tanya agen di Surabaya, Semarang, Yogya. Jika ada, saya siap langsung berangkat,” kata Laura sembari menyulut sebatang rokok. Selama dua hari itu, dia maksimalkan.

Tugas agen dan induk semang inilah yang mencarikan pelanggan buat dia. Tarifnya minim Rp 1,5 juta sekali main. Akomodasi dan transportasi jadi tanggungan agen.
Kendati sudah profesional dan keluar masuk hotel berbintang, toh Agnes dan Laura tetap ketar-ketir jika aktivitas mereka terendus pihak berwajib.

Untuk itu mereka selalu acak dalam memilih tempat. Waktunya pun singkat. Begitu rampung langsung pamit. Ah, tak terasa hampir dua jam kami berbincang.
Sumber:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6982536